Minggu, 17 Maret 2024 | Kategori : Kebaktian Minggu
Dibaca : 318
Yeremia 31:31-34; Mazmur 51:3-15; Ibrani 5:5-10; Yohanes 12:20-33(TB2)
Imam Besar atau Imam Agung adalah jabatan imam yang paling tinggi di dalam agama Yahudi yang berkaitan dengan ibadah orang Israel. Imam Besar Israel dipercaya sebagai wakil umat Israel di hadapan Allah, serta berperan sebagai pengantara yang kudus antara umat dengan Allah. Peran sentral dari Imam Besar di dalam keagamaan orang Yahudi terlihat ketika Imam Besar bertugas untuk mempersembahkan ritus kurban tahunan di Bait Suci yang terletak di kota Yerusalem. Di dalam ritus tahunan tersebut, hanya Imam Besar yang diizinkan masuk ke dalam ruang Maha Suci dari Bait Suci. Di dalam Perjanjian Baru, yang tercatat menjabat sebagai Imam Besar adalah Hanas (Lukas 3:2, Yohanes 18:13–14, Kisah Para Rasul 4:6) dan Kayafas (Matius 26:3, Yohanes 11:49, Kisah Para Rasul 4:6). Di mana Imam besar ini selalu diangkat oleh manusia.
Sedangkan Tuhan Yesus menjadi Imam Besar menurut aturan Melkisedek. Menurut aturan Melkisedek, menjadi seorang imam dengan kualifikasi atau syarat yaitu: bukan karena adanya peraturan-peraturan manusia; bukan karena manusia yang menentukan; bukan karena keturunan dari suatu suku; dan ditetapkan oleh Roh Allah Yang Kekal.
Jika Kristus adalah Imam Besar, maka kita sebagai anak-anakNya juga diminta untuk menjadi imam bagi diri kita sendiri, yang bertugas memimpin diri sendiri untuk menjaga hubungan dengan Tuhan dan melakukan tugas sebagai imam yaitu melayani Tuhan. Di dalam Yohanes 12 : 26 dituliskan “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.” Kita sebagai imam kecil akan melayani di dalam Bait Suci, dan Bait Suci itu adalah diri kita sendiri karena Tuhan bersemayam di dalam hati kita.
Imam Besar atau Imam Agung adalah jabatan imam yang paling tinggi di dalam agama Yahudi yang berkaitan dengan ibadah orang Israel. Imam Besar Israel dipercaya sebagai wakil umat Israel di hadapan Allah, serta berperan sebagai pengantara yang kudus antara umat dengan Allah. Peran sentral dari Imam Besar di dalam keagamaan orang Yahudi terlihat ketika Imam Besar bertugas untuk mempersembahkan ritus kurban tahunan di Bait Suci yang terletak di kota Yerusalem. Di dalam ritus tahunan tersebut, hanya Imam Besar yang diizinkan masuk ke dalam ruang Maha Suci dari Bait Suci. Di dalam Perjanjian Baru, yang tercatat menjabat sebagai Imam Besar adalah Hanas (Lukas 3:2, Yohanes 18:13–14, Kisah Para Rasul 4:6) dan Kayafas (Matius 26:3, Yohanes 11:49, Kisah Para Rasul 4:6). Di mana Imam besar ini selalu diangkat oleh manusia.
Sedangkan Tuhan Yesus menjadi Imam Besar menurut aturan Melkisedek. Menurut aturan Melkisedek, menjadi seorang imam dengan kualifikasi atau syarat yaitu: bukan karena adanya peraturan-peraturan manusia; bukan karena manusia yang menentukan; bukan karena keturunan dari suatu suku; dan ditetapkan oleh Roh Allah Yang Kekal.
Jika Kristus adalah Imam Besar, maka kita sebagai anak-anakNya juga diminta untuk menjadi imam bagi diri kita sendiri, yang bertugas memimpin diri sendiri untuk menjaga hubungan dengan Tuhan dan melakukan tugas sebagai imam yaitu melayani Tuhan. Di dalam Yohanes 12 : 26 dituliskan “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.” Kita sebagai imam kecil akan melayani di dalam Bait Suci, dan Bait Suci itu adalah diri kita sendiri karena Tuhan bersemayam di dalam hati kita.
Ia Datang Karena CInta | Yesaya 40:1-11; Mazmur 85:2-3,9-14; 2 Petrus 3:8-15; Markus 1:1-8
10 Desember 2023
Memurnikan Hati Menyambut Pengharapan | Yesaya 61:1-4, 8-11; Mazmur 126; 1 Tesalonika 5:16-24; Yohanes 1:6-8, 19-28
17 Desember 2023
Menanti dalam Ketaatan | 2 Samuel 7:1-11, 16; Lukas 1:46-55; Roma 16:25-27; Lukas 1:26-38
24 Desember 2023