Minggu, 14 April 2024 | Kategori : Kebaktian Minggu
Dibaca : 275
Kisah Para Rasul 3:12-19; Mazmur 4; 1 Yohanes 3:1-7; Lukas 24:36b-48 (TB2)
Syalom!
Yesus bangkit mengalahkan maut dan menebus dosa manusia. Sejak sekolah minggu kita diajarkan dogma itu. Tapi, bagaimanakah penalarannya? Mengapa Kekristenan sangat yakin Yesus mengalahkan maut dan menebus dosa manusia?
Pertama, kita perlu mengingat bahwa bahasa Alkitab adalah bahasa simbolik. Bahasa simbol diperlukan dalam membicarakan tentang Allah sebab mengandung kekayaan makna. Sementara bahasa sehari-hari cenderung memiliki satu pengertian saja. Jika Alkitab menggunakan bahasa simbolik, maka kita perlu masuk pada logika simbolis. Tanpa berusaha masuk ke dalam logika simbolis, maka kita kesulitan untuk memahaminya.
Kedua, kita perlu kembali kepada kisah awal terjadinya dosa di Taman Eden. Allah memberikan perintah kepada Adam bahwa "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kejadian 2:16-17). Lalu Adam dan Hawa memakan buah dari pohon yang dilarang itu.
Namun, mengapa Adam dan Hawa tidak mati? Jawabnya karena kemudian ada binatang yang dikurbankan untuk diambil kulitnya guna menutupi rasa malu manusia (Kejadian 3:21). Sejak saat itu, manusia mengenal tradisi mempersembahkan hewan kurban kepada Allah sebagai penebus dosa. Tapi hewan-hewan kurban ini sebenarnya hanya pengganti saja yang bersifat sementara, maka persembahan hewan kurban perlu dilakukan berulang-ulang setiap manusia melakukan dosa.
Ketiga, selesainya hukuman dosa atas manusia ditunjukkan melalui kebangkitan Yesus dari kematian. Kebangkitan menjadi tanda bahwa kematian yang adalah hukuman atas dosa tidak lagi berkuasa atas manusia. Pengurban yang telah dilakukan oleh Yesus sungguh-sungguh menyudahi hukuman dosa. Kebangkitan Yesus juga menegaskan adanya kehidupan baru, yang ditandai melalui keterbukaan pikiran. Para murid di ayat 45 diceritakan dibuka pikirannya oleh Yesus, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Apa maksudnya? Mereka tidak lagi terkukung pada pikiran lama yang hidup dalam ketakutan terhadap hukuman dosa, melainkan hidup dalam pikiran baru yang menerima kasih Allah dalam anugerah pengampunan dosa.
Pikiran baru mendorong para murid bersemangat dalam mewartakan kebangkitan Yesus. Pikiran baru yang terarah kasih Allah, pada pengampunan dosa, sehingga orang tidak lagi hidup dalam ketakutan akan hukuman. Maka, kita yang telah mengalami kebangkitan Kristus dipanggil untuk melepaskan pengampunan agar dunia bebas dari budaya balas dendam yang menakutkan. Amin.
(Pdt.MF)
Ia Datang Karena CInta | Yesaya 40:1-11; Mazmur 85:2-3,9-14; 2 Petrus 3:8-15; Markus 1:1-8
10 Desember 2023
Memurnikan Hati Menyambut Pengharapan | Yesaya 61:1-4, 8-11; Mazmur 126; 1 Tesalonika 5:16-24; Yohanes 1:6-8, 19-28
17 Desember 2023
Menanti dalam Ketaatan | 2 Samuel 7:1-11, 16; Lukas 1:46-55; Roma 16:25-27; Lukas 1:26-38
24 Desember 2023