Minggu, 15 September 2024 | Kategori : Kebaktian Minggu
Dibaca : 108
Markus 8:27:38 (TB2)
Hari-hari ini, banyak orang ingin menjadi seorang pemimpin. Sebab seorang pemimpin memiliki banyak keistimewaan : punya banyak pengikut, ditaati, dilayani, sejahtera hidupnya, dsb. Namun bagi Yesus, ada beberapa hal penting ketika anak Tuhan menjadi seorang pemimpin. Yang pertama, seseorang harus terus belajar di belakang Kristus, mengikuti teladan Kristus (Markus 8:27-38). Hal itu nampak ketika Yesus menegur Petrus : "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Mengapa Yesus menegur Petrus dengan kata ‘Iblis’? Menarik, dalam bahasa asli, kata Enyahlah engkau iblis! (hupage opiso mou, satana!) sebenarnya berarti : Pergilah(engkau) ke belakang-Ku, Penggoda! Yesus ingin supaya dalam kehidupannya, para murid tetap ada di belakang Yesus, belajar mengikuti teladan Yesus, bukan mengikuti keinginan pribadi mereka. Seorang pemimpin harus rela bersusah, berkorban demi Kristus dan kebaikan sesamanya. Itulah kualitas seorang pemimpin yang Yesus kehendaki.
Yang kedua, Yesus menyampaikan bahwa seorang yang mengikut Dia (murid-Nya) harus mau: menyangkal diri, memikul salib, mengikut Dia. Apa artinya? Menyangkal diri artinya menjauhi kedagingan kita yang mendukakan hati Tuhan. Memikul salib artinya bersedia bersusah, berjuang, berkorban sebagai konsekuensi menjadi murid Tuhan. Setiap murid Kristus memiliki ‘salib’ masing-masing yang harus dipikul sebagai bukti kesetiaan dan kasih kita kepada-Nya. Mengikut Dia berarti mengikuti keteladanan-Nya : memaafkan dan mendoakan orang lain ketika hati terluka, membawa damai ketika ada perseteruan/perpecahan, membagi kasih ketika ada kebencian, mengambil jalan kebenaran ketika ada jalan pintas tidak benar yang memudahkan hidup kita.
Rupanya tidak mudah menjadi murid Kristus. Kita harus berani “membayar harga” sebagai bukti kita mengikut Dia. Dalam arti tidak semua hal terjadi sesuai keinginan kita, tetapi kita tetap harus setia dan percaya akan jalan salib yang membawa pada kebaikan diri kita dan kemuliaan-Nya. Dengan demikian, kita memperlihatkan kualitas seorang pengikut Kristus sekaligus seorang pemimpin (orang tua, suami, istri, kakak, dst) yang berintegritas.
Seorang sahabat, Suster Agnes Samosir, FCJ mengutip refleksi Henry Viscardi (seorang advokat hak disabilitas warga Amerika yang memperjuangkan kesetaraan dan ketenagakerjaan penyandang disabilitas) :
Aku memohon kekuatan kepada Tuhan, agar aku dapat mencapai banyak hal.
Namun aku dijadikan lemah, agar aku dapat belajar rendah hati untuk taat.
Aku memohon kesehatan, agar aku dapat melakukan hal-hal besar.
Namun aku diberi kelemahan agar aku dapat berbuat hal baik dengan segala keterbatasan.
Aku meminta kekayaan, agar aku bahagia.
Aku diberi kemiskinan, agar aku menjadi bijaksana.
Aku meminta kekuasaan, agar aku mendapat pujian dari orang lain.
Aku diberi kelemahan agar aku bisa bergantung pada Tuhan.
Aku meminta segalanya, agar aku dapat menikmati hidup.
Aku diberi kehidupan, agar aku dapat menikmati segala sesuatu.
Aku tidak mendapatkan apa pun yang kuminta pada Tuhan, tetapi aku menerima semua yang aku butuhkan dan harapkan.
Meskipun bagi diriku, doaku yang ku ucap tak terkabul.
Tapi aku, di antara semua orang, adalah orang yang paling diberkati.
Menarik bukan? Henry Viscardi tidak menerima semua yang diinginkan dan didoakan. Namun pada akhirnya ia menerima semua yang dibutuhkan dan diharapkannya. Ia menyatakan ialah orang yang paling diberkati karena bisa memaknai hal tersebut. Jadi memang, yang kita terima tidak selalu sesuai dengan apa yang kita doakan sejak semula, tetapi pada akhirnya pasti sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Selamat menjadi seorang pemimpin yang merawat nilai-nilai Kristus. Selamat menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia dengan tulus dan sukacita. (Pdt.Osa)
Ia Datang Karena CInta | Yesaya 40:1-11; Mazmur 85:2-3,9-14; 2 Petrus 3:8-15; Markus 1:1-8
10 Desember 2023
Memurnikan Hati Menyambut Pengharapan | Yesaya 61:1-4, 8-11; Mazmur 126; 1 Tesalonika 5:16-24; Yohanes 1:6-8, 19-28
17 Desember 2023
Menanti dalam Ketaatan | 2 Samuel 7:1-11, 16; Lukas 1:46-55; Roma 16:25-27; Lukas 1:26-38
24 Desember 2023