Blog

BERJUANG DI TENGAH RASA TERTEKAN DAN GELISAH

Minggu, 13 Oktober 2024 | Kategori : Kebaktian Minggu

Dibaca : 200

image blog

Mazmur 42 (TB2)

”Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mzm. 42:6). Demikianlah refrein, kadang ada sedikit perbedaan redaksional, Mazmur 42–43.

Solilokui—bercakap-cakap dengan diri sendiri—sering merupakan salah satu cara terbaik dalam memikirkan sesuatu dengan lebih dalam, yang pada akhirnya akan memampukan seseorang mengambil keputusan. Mungkin kita akan tersinggung jika orang lain yang bicara. Namun, beda halnya jika kita yang menegur diri kita sendiri.

Itulah yang dilakukan pemazmur. Dia bertanya dalam diri: mengapa dirinya tertekan dan gelisah. Apa yang dilakukan pemazmur sejatinya merupakan sikap terbuka. Dia tidak menyembunyikan ketertekanan dan kegelisahannya. Dia tidak mengabaikan perasaan-perasaan itu. Namun, dia bertanya lebih dalam.

Tentu banyak jawaban dari pertanyaan mengapa tadi. Namun, pemazmur segera menasihati dirinya: ”Berharaplah kepada Allah!” Tentu baik menjawab semua kata tanya itu, tetapi yang lebih baik adalah berharap kepada Allah. Terus menjawab pertanyaan tentu akan membuat manusia capek. Dan ketimbang capek, pemazmur mengajak dirinya untuk berharap kepada Allah. Berharap kepada Allah berarti juga menyerahkan semua jawaban hanya kepada Allah.

Dan salah satu tindakan konkret dari sikap berharap kepada Allah adalah bersyukur. Bersyukur akan menolong kita untuk tetap percaya bahwa Allah itu baik dan akan selalu baik. Bersyukur juga mengajak kita untuk bertanya dalam hati, ”Adakah yang layak disyukuri?” Ketika pertanyaan ini memenuhi hati dan otak kita, kita mungkin menimpali dengan tanya, ”Adakah yang tidak layak disyukuri?”

Pertanyaan ini bisa jadi akan mengajak kita mengevaluasi diri dan menghitung-hitung berkat-berkat-Nya. Itu berarti juga mengingat-ingat (bdk. Mzm. 42:5). Dan kemungkinan besar kita nantinya menemukan bahwa berkat-Nya ternyata lebih banyak ketimbang persoalan yang menimpa kita.

(Pdt. Yoel M. Indrasmoro)


Blog Terkait