2 Raja-raja 4:42-44; Mazmur 145:10-18; Efesus 3:14-21; Yohanes 6:1-21 (TB2)
Solidaritas adalah sifat satu rasa, senasib dan perasaan setia kawan. Solidaritas bisa terjadi jika ada saling memahami satu dengan yang lain dan selalu mengembangkan hubungan yang baik dan saling bisa dipercaya. Jika tidak ada saling percaya atau mendustai kepercayaan yang telah diberikan maka solidaritas tidak akan terjadi, karena akan saling menaruh curiga. Bahkan ketika ada sesamanya yang kesusahan akan dicurigai sebagai kepura-puraan supaya mendapat perhatian dari sesamanya.
Contoh solidaritas dapat kita jumpai di dalam kisah Elisa memberi makan seratus orang dan Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang. Dalam kisah Elisa memberi makan seratus orang, Elisa diberi 20 roti oleh seseorang yang berasal dari Baal-Salisa, tentu saja 20 roti tidak akan cukup untuk memberi makan 100 orang, tetapi ketika roti itu dibagikan kepada 100 orang dan mereka semua makan dan masih ada sisanya. Demikian juga dengan kisah Tuhan Yesus memberi makan 5000 orang, di mana pada murid hanya mempunyai 5 roti dan 2 ikan pemberian seorang anak dan akhirnya ketika 5 roti dan 2ikan dibagikan, maka semua orang mendapat bahkan masih sisanya.
Sikap Solidaritas ternyata dapat menghadirkan mukjizat di dalam kehidupan umat percaya. Oleh karena itu ketika kita bersedia untuk mempunyai rasa solidaritas, maka yang sedikit akan menjadi sebuah hal yang membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan iman kita. Oleh karena itu marilah kita dapat mengembangkan sikap solidaritas kita terhadap sesama. (Pdt. NEA)
Ia Datang Karena CInta | Yesaya 40:1-11; Mazmur 85:2-3,9-14; 2 Petrus 3:8-15; Markus 1:1-8
10 Desember 2023
Memurnikan Hati Menyambut Pengharapan | Yesaya 61:1-4, 8-11; Mazmur 126; 1 Tesalonika 5:16-24; Yohanes 1:6-8, 19-28
17 Desember 2023
Menanti dalam Ketaatan | 2 Samuel 7:1-11, 16; Lukas 1:46-55; Roma 16:25-27; Lukas 1:26-38
24 Desember 2023