Bilangan 11:4-6, 10-16, 24-29; Mazmur 19:7-14; Yakobus 5:13-20; Markus 9:38-50 (TB2)
Saudara yang dikasihi Tuhan, hari ini kita diingatkan bahwa karya Allah tidak terbatas pada kelompok atau cara-cara tertentu. Dalam Bilangan 11, meskipun Eldad dan Medad tidak hadir bersama 70 tua-tua, Roh Allah tetap turun atas mereka. Musa dengan bijak menyatakan bahwa ia berharap seluruh umat Tuhan dapat menerima Roh itu. Ini menunjukkan bahwa rahmat Allah tidak bisa dibatasi oleh eksklusivitas manusia.
Dalam Bilangan 11, kita melihat kisah ketika Musa merasa kewalahan memimpin bangsa Israel, dan Tuhan mengutus 70 tua-tua untuk membantunya. Namun ada dua orang, Eldad dan Medad, yang tidak ikut berkumpul bersama 70 tua-tua lainnya, tetapi tetap menerima roh Tuhan dan bernubuat di perkemahan. Yosua, yang saat itu menjadi pelayan Musa, meminta Musa untuk melarang mereka. Namun, Musa menjawab dengan bijaksana: "Apakah engkau cemburu untuk aku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya ke atas mereka!" (Bilangan 11:29). Musa menyadari bahwa Roh Allah tidak terbatas pada 70 orang di tenda, tetapi juga dapat bekerja melalui Eldad dan Medad, meski mereka berada di luar pertemuan.
Injil Markus 9:38-50 mempertegas hal ini. Yohanes melaporkan kepada Yesus bahwa mereka melihat seseorang mengusir setan dalam nama-Nya, tetapi karena orang itu bukan bagian dari kelompok murid Yesus, mereka mencoba menghentikannya. Namun, Yesus menegur mereka, mengatakan bahwa “Barangsiapa tidak melawan kita, ia di pihak kita” (Markus 9:40). Yesus menunjukkan bahwa karya Tuhan tidak bisa dimonopoli oleh sekelompok orang saja, bahkan oleh para murid-Nya. Allah bekerja melalui siapa saja yang dipilih-Nya.
Ini membawa kita pada pelajaran penting: kita tidak boleh membatasi karya Allah hanya pada apa yang kita pahami atau kepada mereka yang serupa dengan kita. Allah seringkali bekerja di luar ekspektasi kita, melalui orang-orang yang mungkin berbeda keyakinan, suku, atau pandangan politik. Ketika kita merasa bahwa hanya cara kita yang benar, kita cenderung memonopoli karya Allah dan menutup diri terhadap kebesaran rahmat-Nya yang luas dan tak terbatas.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali melihat karya Tuhan di luar lingkungan gereja. Kita bisa menemui seseorang yang bukan Kristen tetapi menunjukkan kebaikan, kasih, dan keadilan. Mencerminkan sifat-sifat ilahi yang seharusnya kita contoh. Apakah kita akan cemburu dan menganggap bahwa hanya kita yang bisa membawa kebenaran? Atau justru kita bersyukur bahwa Roh Allah masih bekerja di dunia melalui berbagai cara?
Saudara-saudara yang terkasih, mari kita belajar dari Musa dan Yesus. Mereka tidak cemburu atau merasa terganggu ketika karya Allah hadir di luar batas-batas yang dianggap biasa. Sebaliknya, mereka bersyukur karena Roh Allah bekerja di mana saja, tanpa batasan. Kita dipanggil untuk membuka hati dan pikiran kita, menyadari bahwa Allah tidak terikat pada batas-batas yang kita buat, dan kita harus menghindari sikap yang memonopoli karya-Nya.
Mari kita menjadi umat yang selalu bersyukur atas setiap karya Allah, di mana pun dan melalui siapa pun itu terjadi. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi saksi bagi kebesaran-Nya, tetapi juga menjadi bagian dari karya Allah yang lebih luas, yang melampaui batas-batas manusia. Amin. (Pdt. P.S.D)
Ia Datang Karena CInta | Yesaya 40:1-11; Mazmur 85:2-3,9-14; 2 Petrus 3:8-15; Markus 1:1-8
10 Desember 2023
Memurnikan Hati Menyambut Pengharapan | Yesaya 61:1-4, 8-11; Mazmur 126; 1 Tesalonika 5:16-24; Yohanes 1:6-8, 19-28
17 Desember 2023
Menanti dalam Ketaatan | 2 Samuel 7:1-11, 16; Lukas 1:46-55; Roma 16:25-27; Lukas 1:26-38
24 Desember 2023