Ulangan 30:9-14 (TB2); Mazmur 25:1-10 (TB2); Kolose 1:1-14 (TB2); Lukas 10:25-37 (TB2)
Dalam dunia yang semakin cepat dan sibuk ini, kita sering berpapasan dengan banyak orang - di jalan, kantor, pasar bahkan gereja. Pertanyaannya: apakah kita benar-benar melihat mereka atau hanya melewati mereka seperti bayangan? Kita mudah berkata bahwa kita adalah orang Kristen, pengikut Kristus. Namun apakah kita sudah sungguh menjadi sesama manusia? menjadi pribadi yang hadir, peduli dan bertindak dalam kasih?
Kisah orang Samaria dalam bacaan Injil hari ini membawa kita pada sebuah refleksi pribadi tentang: bagaimana kita memandang orang lain sebagai sesama manusia. Dalam kisah ini Tuhan Yesus mengubah cara pandang tradisional orang Yahudi tentang “sesama”. Bagi orang Yahudi, yang disebut sebagai sesama manusia adalah orang yang sebangsa, seagama atau yang “pantas” untuk dikasihi. Karena itu, kasih dalam pandangan mereka terbatas hanya bagi sesama orang Yahudi – bukan kepada orang asing, musuh atau yang dianggap berdosa.
Yesus mengoreksi pandangan itu melalui perumpamaan orang Samaria yang murah hati. Ia tidak menjawab secara langsung: “Siapakah sesamaku?” melainkan menunjukkan tindakan nyata dari seorang Samaria –yang justru dianggap musuh oleh orang Yahudi– sebagai gambaran orang yang benar-benar menjadi sesama bagi korban yang dirampok dan menderita.
Bagi Yesus sesama tidak ditentukan oleh identitas, suku atau agama, melainkan oleh kasih yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Kasih Allah bersifat melampaui batas manusiawi, sebab Kerajaan Allah hadir ketika kita mengasihi tanpa syarat sebagaimana Kristus telah mengasihi kita saat kita masih berdosa (Roma 5:8). Bahkan kasih Bapa terlihat ketika Ia melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang terkasih (Kol 1:13)
Menjadi sesama bukanlah tugas yang mudah. Sering kali itu menuntut kita keluar dari zona nyaman, berhenti sejenak dari kesibukan dan membuka hati untuk melihat kehidupan - bahkan penderitaan - orang lain. Namun, disitulah kasih Kristus bekerja: saat kita hadir bagi orang yang tidak dikenal dan saat kita peduli pada mereka yang dunia abaikan.
Yesus telah lebih dulu menjadi sesama bagi kita. Saat kita terluka, tersesat dan berdosa, Ia datang dan mengangkat kita. Kini, Ia mengutus kita untuk melakukan hal yang sama. Karena itu marilah kita tidak lagi bertanya: “Siapakah sesamaku?” tapi mulai bertanya: “Untuk siapa aku bisa menjadi sesama hari ini?”
Dan biarlah kasih Kristus yang tanpa batas itu nyata terlihat melalui hidup kita setiap hari. Amin. (Pdt.NEA)
Ia Datang Karena CInta | Yesaya 40:1-11; Mazmur 85:2-3,9-14; 2 Petrus 3:8-15; Markus 1:1-8
10 Desember 2023
Memurnikan Hati Menyambut Pengharapan | Yesaya 61:1-4, 8-11; Mazmur 126; 1 Tesalonika 5:16-24; Yohanes 1:6-8, 19-28
17 Desember 2023
Menanti dalam Ketaatan | 2 Samuel 7:1-11, 16; Lukas 1:46-55; Roma 16:25-27; Lukas 1:26-38
24 Desember 2023